Selasa, 10 Januari 2012

Gempa dan Kematian

Saya benar-benar tepana ketika melihat beberapa tayangan kejadian gempa dan tsunami jepang di tv. Tak terasa dzikir terucap melihat betapa maha dahsyatnya bencana itu meluluh lantakkan jepan. Ketika gempa,meruntuhkan gedung, membelah tanah, dan menghadirkan tsunami setinggi 6 meter. Jepang yang sangat digdaya dengan segala teknologinya mutakhirnya porak-porandak , ribuan nyawa melayang. Luar biasa mengerikan....
             Bermukim di daerah rawan gempa dengan riwayat tsunami yang sudah mengakar  di masyarakat pada awalnya membuat saya sangat stress. Pulau simelue, aceh disinilah saya beserta keluarga kecil saya tinggal disebuah rumah dinas
puskesmas. Rumah dinas dan puskesmas tempat saya bekerja merupakan puskesmas yang dibangun pasca gempa besar bulan maret 2005 yang menghancurkan gedung puskesmas sebelumnya. Puskesmas dan rumah mungil kami dibangun atas bantuan dan pengawasan  palang merah jepang, entah mengapa hal ini memberi sedikit rasa nyaman mungkin karena jepang yang menurut saya paling 'kredibel' dalam penanganan gempa. Alhamdulillah setelah melewati beberapa gempa berskala sedang (yang paling besar 6,4 SR di maret 2010) hanya meninggalkan beberapa retakan. itu saya katakan lebih baik karena ada kantor dinas dan masjid yang sampai tidak bisa dipergunakan lagi karena rusak parah.
             Gempa maret 2010 merupakan gempa terbesar yang pernah saya rasakan. Disubuh yang masih gelap tiba-tiba rumah mertua yang dahulu kami tinggali bergetar hebat. Rumah yang tidak dapat dikatakan baru itu berderak-derak kencang , listrik padam yang semakin menambah kepanikan saya, abi thifa yang terbangun terlebih dahulu dan berlari membuka pintu dan berlari keluar rumah. Sedangkan saya yang sambil menggendong thifa yang saat itu masih 10 bulan tersandung dan tidak mampu berdiri lagi karena goncangan semakin menghebat yang mampu saya lakukan adalah mencoba bergerak ke bawah kusen pintu (karena saya pernah dengar bahwa itu adalah tempat yang cukup aman tuk berlindung ketika gempa) sambil memeluk thifa, terus berzikir dan berfikir bahwa ini adalah momen terakhir hidup saya. Itu adalah adalah 30 detik terlama yang pernah saya alami. Abi thifa yang baru menyadari bahwa saya tidak mengikutinya dibelakang kembali menjemput saya kedalam rumah pada saat itu bumi masih bergetar. Saya sangat trauma sekali pasca gempa itu, dan merengek terisak-isak pada abi thifa tuk membatalkan keputusan kami tuk mengabdi sebagai PNS disini. Gempa susulan masih terasa bahkan setelah 2 hari dan sempat ada peringatan tsunami yang menambah kekhawatiran saya dan kamipu menginap (mengungsi) dirumah abang ipar selama 2 hari..
             Kejadian gempa-gempa berikut ada beberapa kali. Ada ketika pagi hari saat saya sedang bekerja di puskesmas, siang ketika saya masak, sore hari tepat saat saya melakukan light curing pada saat penambalan. Pada bulan februari lalu bahkan terjadi gempa berturu-turut selama 3 hari dengan magnitude sekitar 5 SR. dan dalam 3 hari itu kami tidur tepat di depan pintu ruang tamu dan menyiapkan koper berisi pakaian dan surat2 penting didalam mobil persiapan pabila hal terburuk datang (tsunami)..
             Sekarang dapat dikatakan saya lebih berdamai dengan keadaan, kami bahkan membuat SOP (standart operating procedure) tentang tindakan apa saja yang harus dilakukan apabila terjadi gempa dan persiapanberupa gredel pintu yang selalu terkunci setengah tuk mempermudah akses keluar, lampu emergency yang selalu tercolok untuk mengurangi kepanikan karena listrik padam dan jilbab yang selalu ada di dekat pintu keluar.
            Kembali ke kejadian gempa dan tsunami jepang, suatu pelajaran besar yang saya ambil bahwa seberapapun kekuatan dan kecerdasan manusia akan terlihat sangat kerdil jika dibandingkan Kebesaran Allah SWT. Jika kita fikirkan, jepang merupakan negara yang PALING siap menghadapi gempa dan tsunami, dengan segala teknologi dan riset yang mereka terapkan tetapi ketika  dua kejadian itu terjadi, ternyata ribuan nyawa masih juga melayang dan bangunan mutakhir itu tersapu bersih oleh derasnya air.
           ALLAHU AKBAR atas segala ciptaanNya, mungkin sampai itulah kekuatan akal manusia yaitu ikhtiar kemudian bertawakal, karena takdir adalah hak preogratif ALLAH. Kematian bisa menjemput kapan saja dan dimana saja, bisa di tempat tidur ketika kita terlelap, di jalan raya ketika kita berkendara ataupun di meja operasi> Begitu banyak jalan menuju kematian, moga Allah memberkahi saya, keluarga saya dan para sahabat dengan jalan kematian yang indah yaitu "Khusnul khatimah"



" Teriring doa tuk Alm. Ustz. Yoyoh yusrah , Semoga Allah meninggikan beliau dengan segala amal saleh yang beliau kerjakan dan menghadiahi beliau dengan istanayang indah di syurga. Amien ya Rabbal Alamien

Tidak ada komentar:

Posting Komentar