Selasa, 31 Januari 2012

Thifa dan Jilbabnya


        Mempunyai anak perempuan adalah kado yang luar biasa dari Allah SWT. Seperti ibu-ibu lain di dunia saya juga senang mendandani anak perempuan saya. Athifa farihan naflah namanya. Mulai dari sebelum lahir saya, abi dan nenek thifa sudah heboh memilih warna bedong, jumper,popok, dll. Dan pilihan pun jatuh pada warna biru dan kuning (warna favorit saya). Dan ketika thifa lahir dan ternyata yang lahir anak perempuan (waktu USG, perkiraan baby boy) pilihan warna pun mulai beralih ke pink.. mulai baju, celana, jumper, bib, kaos kaki dan jilbab..
         Ya,saya memilih untuk memperkenalkan jilbab sedari bayi kepada anak perempuan saya. Banyak orang yang ketika saya membawa bayi saya jalan-jalan bertanya, kenapa harus dipakaikan jibab? Apakah tidak kepanasan tuh? Bayinya ndak ‘semak’ dipakaikan jilbab? Dan berbagai pertanyaan sejenis yang lain. Dan jawaban saya juga hamper selalu sama ,” ndak tu, thifa sepertinya hepi-hepi aja , tu dia lagi senyum ^^”. Tapi saya juga saya tidak memaksakan thifa selalu memakai jilbab, karena sebagai ibu, saya  tau ketika bayi saya mulai terlihat tidak nyaman dia akan menarik-narik jilbabnya dan saya akan melepaskan jilbabnya. Tujuan saya memperkenalkan jilbab sedari bayi adalah saya ingin dia tumbuh menjadi muslimah yang sholehah. Harapan saya thifa bisa tumbuh menjadi seorang wanita yang merasakan nikmatnya berhijab sedari dia kecil. Saya ingin thifa merasakan nikmatnya ber ‘Islam” se dini mungkin sehingga nilai-nilai Islam ter’internalisasi’ dalam setiap sisi kehidupannya.
     Alhamdulillah thifa sekarang sudah berumur 2 tahun 9 bulan, sudah lancar berbicara dan sudah pintar memadu padankan warna jilbab yang digunakannya. “bunda, thifa mau pake jilbab yang warna kuning, kan thifa pakai celana biru” hmmm….. kadang saya mikir dari mana dia mengambil kesimpulan bahwa warna biru cocok dengan warna kuning tapi yang lebih seringnya adalah dia sendiri yang mengambil jilbab pilihannya sendiri dari lemari setiap akan pergi…. Bahkan  hanya untuk ke warung. Walau masih belum bisa memakai jilbab sendiri….

Bunda bangga sekali padamu anakku..
Atas segala pencapaian yang telah engkau dapat didunia
Moga bunda juga dapat membanggakanmu di hadapan Allah di akhirat kelak

Rabu, 25 Januari 2012

ketika tuan kura-kura bertamu


"nda, ada kula-kula..." terdengar teriakan suara cadel thifa dari depan rumah. Dan ternyata benar seekor kura-kura sedang bertamu di teras rumah kami. ukurannya sedang, warna batoknya coklat kehijauan. Heran dengan keberadaan kura-kura di depan rumah kami. aku bertanya pada thifa dan temannya "dari mana kura-kuranya sayang?". " dari situ?" jawab thifa polos sambil menunjuk ke arah belakang puskesmas yang berada tepat di depan rumah kami. Masih mengira-ngira dari mana kura-kura ini datangnya, apa mungkin dari laut tapi rumah kami setidaknya berjarak 1km dari pinggir pantai itupun di daerah padat penduduk. atau mungkin dari muara sungai, itupun agak jauh sepertinya. kemungkinan ketiga ini mungkin peliharaan orang yang lari.. darimanapun itu, saya sangat heran dengan keberadaan mr. turtle di teras rumah kami. Hampir setengah jam mr. turtle berkunjung di rumah kami, terfikir sepertinya lucu juga memelihara seekor kura-kura di rumah walau bingung akan ditempatkan dimana. Ketika k'lang si 'mbaknya' thifa datang membawa ember berisi air yang maksudnya jadi tempat sementara si mr.turtle....eh mr.turtle pergi. ternyata jalan kura-kura tu cepat juga lho terbukti thifa aja berlari mengejar perginya mr. turtle."nda, kemana kula-kula nya?" tanya thifa"kura-kuranya pulang sayang, kan dia mau mandi, mamam dan bobok" jawab bunda cipi" Kula-kula, bobok kamal pipa aja" teriak thifa pada kula-kula yang terus berlalu dengan tatapan sedih Berdomisili di sebuah pulau memang memberi pengalaman-pengalaman yang lumayan ajaib. salah satunya bertemu dengan hewan-hewan yang dulu ketika saya kecil hanya bisa saya jumpai di buku ataupun kebun binatang. sejauh ini thifa sudah berjumpa kura-kura, babi hutan, burung bakokok, domba, kerbau (yang luar biasa banyak disini), tringgiling, tupai, bulu babi, bintang laut,dll. Moga pengalaman bertemu makhluk-makluk eksotis ini dapat menambah kreatifitas dan kesadaran betapa Maha kuasanya Allah dengan segala penciptaannya. Saya berharap hari-hari kedepan makin banyak hewan yang mampir kerumah.. kangguru atau panda mungkin. hehehe... (ngarep.com)

Selasa, 10 Januari 2012

Gempa dan Kematian

Saya benar-benar tepana ketika melihat beberapa tayangan kejadian gempa dan tsunami jepang di tv. Tak terasa dzikir terucap melihat betapa maha dahsyatnya bencana itu meluluh lantakkan jepan. Ketika gempa,meruntuhkan gedung, membelah tanah, dan menghadirkan tsunami setinggi 6 meter. Jepang yang sangat digdaya dengan segala teknologinya mutakhirnya porak-porandak , ribuan nyawa melayang. Luar biasa mengerikan....
             Bermukim di daerah rawan gempa dengan riwayat tsunami yang sudah mengakar  di masyarakat pada awalnya membuat saya sangat stress. Pulau simelue, aceh disinilah saya beserta keluarga kecil saya tinggal disebuah rumah dinas
puskesmas. Rumah dinas dan puskesmas tempat saya bekerja merupakan puskesmas yang dibangun pasca gempa besar bulan maret 2005 yang menghancurkan gedung puskesmas sebelumnya. Puskesmas dan rumah mungil kami dibangun atas bantuan dan pengawasan  palang merah jepang, entah mengapa hal ini memberi sedikit rasa nyaman mungkin karena jepang yang menurut saya paling 'kredibel' dalam penanganan gempa. Alhamdulillah setelah melewati beberapa gempa berskala sedang (yang paling besar 6,4 SR di maret 2010) hanya meninggalkan beberapa retakan. itu saya katakan lebih baik karena ada kantor dinas dan masjid yang sampai tidak bisa dipergunakan lagi karena rusak parah.
             Gempa maret 2010 merupakan gempa terbesar yang pernah saya rasakan. Disubuh yang masih gelap tiba-tiba rumah mertua yang dahulu kami tinggali bergetar hebat. Rumah yang tidak dapat dikatakan baru itu berderak-derak kencang , listrik padam yang semakin menambah kepanikan saya, abi thifa yang terbangun terlebih dahulu dan berlari membuka pintu dan berlari keluar rumah. Sedangkan saya yang sambil menggendong thifa yang saat itu masih 10 bulan tersandung dan tidak mampu berdiri lagi karena goncangan semakin menghebat yang mampu saya lakukan adalah mencoba bergerak ke bawah kusen pintu (karena saya pernah dengar bahwa itu adalah tempat yang cukup aman tuk berlindung ketika gempa) sambil memeluk thifa, terus berzikir dan berfikir bahwa ini adalah momen terakhir hidup saya. Itu adalah adalah 30 detik terlama yang pernah saya alami. Abi thifa yang baru menyadari bahwa saya tidak mengikutinya dibelakang kembali menjemput saya kedalam rumah pada saat itu bumi masih bergetar. Saya sangat trauma sekali pasca gempa itu, dan merengek terisak-isak pada abi thifa tuk membatalkan keputusan kami tuk mengabdi sebagai PNS disini. Gempa susulan masih terasa bahkan setelah 2 hari dan sempat ada peringatan tsunami yang menambah kekhawatiran saya dan kamipu menginap (mengungsi) dirumah abang ipar selama 2 hari..
             Kejadian gempa-gempa berikut ada beberapa kali. Ada ketika pagi hari saat saya sedang bekerja di puskesmas, siang ketika saya masak, sore hari tepat saat saya melakukan light curing pada saat penambalan. Pada bulan februari lalu bahkan terjadi gempa berturu-turut selama 3 hari dengan magnitude sekitar 5 SR. dan dalam 3 hari itu kami tidur tepat di depan pintu ruang tamu dan menyiapkan koper berisi pakaian dan surat2 penting didalam mobil persiapan pabila hal terburuk datang (tsunami)..
             Sekarang dapat dikatakan saya lebih berdamai dengan keadaan, kami bahkan membuat SOP (standart operating procedure) tentang tindakan apa saja yang harus dilakukan apabila terjadi gempa dan persiapanberupa gredel pintu yang selalu terkunci setengah tuk mempermudah akses keluar, lampu emergency yang selalu tercolok untuk mengurangi kepanikan karena listrik padam dan jilbab yang selalu ada di dekat pintu keluar.
            Kembali ke kejadian gempa dan tsunami jepang, suatu pelajaran besar yang saya ambil bahwa seberapapun kekuatan dan kecerdasan manusia akan terlihat sangat kerdil jika dibandingkan Kebesaran Allah SWT. Jika kita fikirkan, jepang merupakan negara yang PALING siap menghadapi gempa dan tsunami, dengan segala teknologi dan riset yang mereka terapkan tetapi ketika  dua kejadian itu terjadi, ternyata ribuan nyawa masih juga melayang dan bangunan mutakhir itu tersapu bersih oleh derasnya air.
           ALLAHU AKBAR atas segala ciptaanNya, mungkin sampai itulah kekuatan akal manusia yaitu ikhtiar kemudian bertawakal, karena takdir adalah hak preogratif ALLAH. Kematian bisa menjemput kapan saja dan dimana saja, bisa di tempat tidur ketika kita terlelap, di jalan raya ketika kita berkendara ataupun di meja operasi> Begitu banyak jalan menuju kematian, moga Allah memberkahi saya, keluarga saya dan para sahabat dengan jalan kematian yang indah yaitu "Khusnul khatimah"



" Teriring doa tuk Alm. Ustz. Yoyoh yusrah , Semoga Allah meninggikan beliau dengan segala amal saleh yang beliau kerjakan dan menghadiahi beliau dengan istanayang indah di syurga. Amien ya Rabbal Alamien

Minggu, 01 Januari 2012

Tentang kami dan simeulue

Akhirnya punya blog juga, sudah lama merencanakan  tapi baru sekarang terlaksana. Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali kan....
Saya, suami dan putri kecil kami sudah hampir 3 tahun menetap di simeulue. Saya bertugas sebagai seorang dokter gigi di puskesmas di ibukota kabupaten dan suami yang juga seorang dokter gigi bertugas sebagai kepala puskesmas kecamatan teupah barat. Dan tentu saja putri kecil kami "Athifa Farihan Naflah" yang berusia 2,5 tahun. Inilah keluarga kecil kami yang insyaAllah selalu diliputi kebahagiaan...
Kenapa kami bisa sampai di pulau ini, well...it's not a long story. Suami adalah putra daerah, lalu kami pada awalnya mengikuti drg PTT lalu setelah melalui pemikiran yang cukup alot kami mengambil keputusan kami akan mengabdi sebagai PNS. Dan semuanya berjalan begitu mudah dan lancar....Alhamdulillah
Awal bertugas di pulau ini pada awalnya, rasanya sangat asing sekali.... bahasanya, penduduknya, daerahnya.. Ada 3 bahasa selain bahasa Indonesia yang digunakan masyarakat simeulue yaitu bahasa jameh (seperti bahasa minang cuma terdapat beberapa perbedaan), bahasa Sibigo (biasa digunakan pada penduduk daerah simeulue barat) dan bahasa kampung aie (bahasa yang digunakan penduduk daerah simeulue tengah). Alhamdulillah karena masih ada keturunan darah minang saya masih mengerti dengan bahasa jameh, tapi untuk 2 bahasa lainnya saya angkat tangan :D. Dan ada satu hal ciri khas pasien disini, mereka selalu menyalahkan air hujan yang mereka minum atas kerusakan giginya, padahal tidak pernah satu penelitian pun yang pernah menyatakan hal tsb. pulau ini dikelilingi lautan (tentu saja) dengan garis pantai yang sangat panjang... Indah sekali tapi rasa rindu atas keramaian kota dengan segala fasilitasnya terkaang masih mendera-dera..
Sudah 3 tahun, dan inilah kehidupan yang dijalani. Kerinduan akan kampung halaman sesekali masih terasa tapi yang jelas saya sudah menikmati ritme kehidupan disini. Menikmati berbelanja ikan segar yang baru dibawa nelayan, menkmati tenangnya teluk sinabang, udara segar dan tak ada kemacetan (disini tak ada traffic light :P)
Itu dulu tuk perkenalan... the adventure to be continued