Saya benar-benar tepana ketika melihat beberapa tayangan kejadian
gempa dan tsunami jepang di tv. Tak terasa dzikir terucap melihat
betapa maha dahsyatnya bencana itu meluluh lantakkan jepan. Ketika
gempa,meruntuhkan gedung, membelah tanah, dan menghadirkan tsunami
setinggi 6 meter. Jepang yang sangat digdaya dengan segala teknologinya
mutakhirnya porak-porandak , ribuan nyawa melayang. Luar biasa
mengerikan....
Bermukim di daerah rawan gempa dengan
riwayat tsunami yang sudah mengakar di masyarakat pada awalnya membuat
saya sangat stress. Pulau simelue, aceh disinilah saya beserta keluarga
kecil saya tinggal disebuah rumah dinas
puskesmas. Rumah dinas
dan puskesmas tempat saya bekerja merupakan puskesmas yang dibangun
pasca gempa besar bulan maret 2005 yang menghancurkan gedung puskesmas
sebelumnya. Puskesmas dan rumah mungil kami dibangun atas bantuan dan
pengawasan palang merah jepang, entah mengapa hal ini memberi sedikit
rasa nyaman mungkin karena jepang yang menurut saya paling 'kredibel'
dalam penanganan gempa. Alhamdulillah setelah melewati beberapa gempa
berskala sedang (yang paling besar 6,4 SR di maret 2010) hanya
meninggalkan beberapa retakan. itu saya katakan lebih baik karena ada
kantor dinas dan masjid yang sampai tidak bisa dipergunakan lagi karena
rusak parah.
Gempa maret 2010 merupakan gempa
terbesar yang pernah saya rasakan. Disubuh yang masih gelap tiba-tiba
rumah mertua yang dahulu kami tinggali bergetar hebat. Rumah yang tidak
dapat dikatakan baru itu berderak-derak kencang , listrik padam yang
semakin menambah kepanikan saya, abi thifa yang terbangun terlebih
dahulu dan berlari membuka pintu dan berlari keluar rumah. Sedangkan
saya yang sambil menggendong thifa yang saat itu masih 10 bulan
tersandung dan tidak mampu berdiri lagi karena goncangan semakin
menghebat yang mampu saya lakukan adalah mencoba bergerak ke bawah
kusen pintu (karena saya pernah dengar bahwa itu adalah tempat yang
cukup aman tuk berlindung ketika gempa) sambil memeluk thifa, terus
berzikir dan berfikir bahwa ini adalah momen terakhir hidup saya. Itu
adalah adalah 30 detik terlama yang pernah saya alami. Abi thifa yang
baru menyadari bahwa saya tidak mengikutinya dibelakang kembali
menjemput saya kedalam rumah pada saat itu bumi masih bergetar. Saya
sangat trauma sekali pasca gempa itu, dan merengek terisak-isak pada
abi thifa tuk membatalkan keputusan kami tuk mengabdi sebagai PNS
disini. Gempa susulan masih terasa bahkan setelah 2 hari dan sempat ada
peringatan tsunami yang menambah kekhawatiran saya dan kamipu menginap
(mengungsi) dirumah abang ipar selama 2 hari..
Kejadian gempa-gempa berikut ada beberapa kali. Ada ketika pagi hari
saat saya sedang bekerja di puskesmas, siang ketika saya masak, sore
hari tepat saat saya melakukan light curing pada saat penambalan. Pada
bulan februari lalu bahkan terjadi gempa berturu-turut selama 3 hari
dengan magnitude sekitar 5 SR. dan dalam 3 hari itu kami tidur tepat di
depan pintu ruang tamu dan menyiapkan koper berisi pakaian dan surat2
penting didalam mobil persiapan pabila hal terburuk datang (tsunami)..
Sekarang dapat dikatakan saya lebih berdamai dengan keadaan, kami
bahkan membuat SOP (standart operating procedure) tentang tindakan apa
saja yang harus dilakukan apabila terjadi gempa dan persiapanberupa
gredel pintu yang selalu terkunci setengah tuk mempermudah akses
keluar, lampu emergency yang selalu tercolok untuk mengurangi kepanikan
karena listrik padam dan jilbab yang selalu ada di dekat pintu keluar.
Kembali ke kejadian gempa dan tsunami jepang, suatu pelajaran besar
yang saya ambil bahwa seberapapun kekuatan dan kecerdasan manusia akan
terlihat sangat kerdil jika dibandingkan Kebesaran Allah SWT. Jika kita
fikirkan, jepang merupakan negara yang PALING siap menghadapi gempa dan
tsunami, dengan segala teknologi dan riset yang mereka terapkan tetapi
ketika dua kejadian itu terjadi, ternyata ribuan nyawa masih juga
melayang dan bangunan mutakhir itu tersapu bersih oleh derasnya air.
ALLAHU AKBAR atas segala ciptaanNya, mungkin sampai itulah kekuatan
akal manusia yaitu ikhtiar kemudian bertawakal, karena takdir adalah
hak preogratif ALLAH. Kematian bisa menjemput kapan saja dan dimana
saja, bisa di tempat tidur ketika kita terlelap, di jalan raya ketika
kita berkendara ataupun di meja operasi> Begitu banyak jalan menuju
kematian, moga Allah memberkahi saya, keluarga saya dan para sahabat
dengan jalan kematian yang indah yaitu "Khusnul khatimah"
"
Teriring doa tuk Alm. Ustz. Yoyoh yusrah , Semoga Allah meninggikan
beliau dengan segala amal saleh yang beliau kerjakan dan menghadiahi
beliau dengan istanayang indah di syurga. Amien ya Rabbal Alamien